Minggu, 22 November 2015

PINANG BISA MENJADI JALAN ALTERNATIF KETIKA HARGA KARET DAN SAWIT TURUN.

di tengah anjloknya harga sawit dan karet, harga komoditi pinang malah tinggi. Saat ini, harga pinang per kilogram Rp 16 ribu per kilogram. Bahkan beberapa hari lalu harga pinang menembus Rp 18 ribu.

Tingginya harga pinang disebabkan oleh tingginya permintaan. Pinang dipergunakan untuk berbagai keperluan, seperti obat instan dan bahan makanan. Sehingga permintaan pinang tinggi.
Ini bisa menjadi mata pencaharian alternatif dari kalangan petani sawit dan karet.

Jumat, 20 November 2015

Pemerintah tidak serius dalam penanganan konflik sengketa lahan di Desa Empang Benao.

BANGKO — Sengketa lahan antara warga Desa Empang Benao, Pamenang, Merangin dan PT Kresna Duta Agroindo (KDA), sudah berlangsung 17 tahun. Konflik itu sampai kini tak kunjung selesai.
Walau demikian warga tak patah arang. Dengan segala upaya, warga bertekad terus berjuang mengembalikan lahan berukuran 3.000 m X 6.000 m tersebut. Mereka menuding perusahaan perkebunan kelapa sawit itu merampas hak warga.
“Kami minta lahan itu dikembalikan,” kata Hasyim, tokoh masyarakat Desa Empang Benao, salah satu tokoh masyarakat Desa Empang Benao yang menangani kasus ini.
Warga menyebutkan, penggarapan lahan untuk perkebunan yang dilakukan PT KDA melampaui batas yang ditentukan, sesuai Nota Dinas Badan Pertahanan Nasional (BPN) Sarko tertanggal 26 Juni 1996 ke Bupati Sarko, H. Zainul Imron. Intinya PT KDA membuka kebun melampaui lokasi yang ditentukan seluas 270 hektar.
Nota dinas itu  tindak lanjut dari berita acara 23 April 1996 dan Surat Bupati Sarko tanggal 25 Juni 1996.
Persoalan lahan ini berlarut-larut bahkan terjadi insiden berdarah, September 1999. Sejumlah warga jadi korban penembakan oknum aparat keamanan hingga mengalami cacat seumur hidup.
Dalam pengaduan itu warga mengatakan, tanggal 12 Agustus 1999 didapat kesepakatan antara wakil Desa Empang Benao dan Tanjung Gedang dengan pihak PT KDA. Pihak perusahaan bersedia menyerahkan lahan sekitar 270 hektar ke masyarakat Empang Benao dan Tanjung Gedang dengan pola KKPA.
Jika masyarakat tidak menerima lahan tersebut, akan dilakukan pengukuran ulang oleh BPN, sesuai koordinat yang ditetapkan dalm SK Pencadangan Gubernur Jambi  nomor 494 Tahun 1988 tanggal 2 Desember 1988 dan nomor 302 Tahun 1990 tanggal 25 Juli 1990 serta SK Menhutbun nomor 249 /KPTS/II/1999 tanggal 23 April 1999.
Hadir dan menandatangani dari pihak PT KDA, Prasetyo Hadi, Ir Suyono, Supriadi, Helmi Nasuition dan Herman TM. Sedang wakil masyaratakat diwakili oleh M Nawawi, Muazam, Yamin L, Sabaradin dan Syahril. Kesepakatan juga ditandatangani oleh Bupati Sarko, H Rotani Yutaka.
“Selama masalah antara masyarakat Desa Empang Benao, Tanjung Gedang dan PT KDA belum selesai, kedua belah pihak tidak akan melakukan semua kegiatan di atas lahan tersebut,” demikian bunyi poin penting dalam kesepakatan.
Hasyim mendaskan, masyarakat telah dibohongi, karena sampai kini pihak PT KDA menikmati hasil dari lahan yang disengketakan. Pihak perusahaan mengingkari kesepakatan yang dibuat bersama.
Hasyim bersama tokoh masyarakat lainnya, seperti M Yusuf, Yahya dan Rusdi, melaporkan kondisi itu ke Bupati Merangin, Al Haris. Mereka minta bupati menyelesaikan kisruh ini. Informasi terakhir yang diterima infojambi.com, Al Haris sudah memerintahkan Sekda Merangin membentuk tim khusus menyelesaiakan  persoalan tersebut

Rabu, 04 Februari 2015

ANAK JAMBI BAPANTUN


Batanghari aeknyo tenang,
Sungguhpun tenang deras ke tepi;
Anak Jambi jangan dikenang,
Kalo dikenang merusak hati.

Hidup api pangganglah kuau,
Kuau dipanggang si abang kaki;
Maksud hati nak meraih pulau,
Pulau dijago sinago sakti.

Kami ba umo di lereng bukit,
Rebahlah padi digiling batang;
Kami umpamo si burung pipit,
Kemano terbang di halau urang.

Lubuk pungguk tepian napal,
Tempat budak mencuci baju;
Awak biduk nak serempak kapal,
Idaklah mungkin nyo samo laju.

Kalo ado gelang di tangan,
Idak melurut cincin di jari;
Kalo ado tunang awak nian,
Idak merebut si tunang kanti.

Bederai hujan di rimbo,
Tibo di padi bederai jangan;
Becerai kito di muko,
Namun di hati becerai jangan.

Kalu ado mobil ke Bungo,
Numpanglah aku ke Rantau Panjang;
Kalu ado cewek butanyo,
Katokan aku sudah tabuang.

Muaro Bungo medan buperang,
Jepang masuk Belando lari;
Hilang bungo dapat dikarang,
Hilang kau kemano kucari.

Kota Bangko bepagar bilah,
Kota Jambi bepagar besi;
Kota Bangko kutinggal sudah,
Kota Jambi tempat ku jadi.

Seberapo rimbun kayu di Jambi,
Rimbunlah jugo kayu di Tungkal;
seberapo rindu kau nan pegi,
Rindulah jugo kami nan tinggal.

Ke talang pegi mulatah,
Pegi merumput lanyo padi mudo;
Malang nian nasib kau antah,
Tibo lah di mulut tebuang jugo.

Anak cino menanam ubi,
Ubi tetanam dimakan babi;
Anak siapo nan bepantun tadi,
Cubolah diulang sekali lagi.

Macam mano awak nak mandi,
Banyak lah bilah daripado buluh;
Macam mano awak nak jadi,
Banyak yang negah daripado nyuruh.

Macam mano awak nak mandi,
Anak buayo di bawah titin;
Macam mano awak nak jadi,
Adek kayo abang musekin.

Cik Siti mngepang rambut,
Rambut tekepang sebelah kanan;
Kalo sudi surat disambut,
Kalolah idak buanglah ke laman.

Cubo-cubo main galumbang,
Sampai ke tepi membao tampah;
Cubo-cubo menanam mumbang,
Nasib baik negeri betuah.